BAROMETER JABAR – Dinamika Musyawarah Kota (Muskot) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Cimahi kian menunjukkan arah positif. Tiga kandidat ketua yang muncul dalam proses tersebut dikabarkan sepakat untuk saling mendukung, sebuah langkah yang dinilai sebagai bentuk kedewasaan politik generasi muda.
Ketua Korp Alumni KNPI Kota Cimahi, Muhya Hadian, menyatakan apresiasinya terhadap proses yang tengah berjalan. Ia menilai, kesepakatan di antara para kandidat merupakan buah keberhasilan dari kepemimpinan KNPI saat ini.
“Saya sangat mengapresiasi ini sebagai keberhasilan dari Ketua KNPI yang sekarang, bahwa kandidat-kandidat yang muncul, tiga orang, itu bersepakat untuk saling support karena mereka lebih memikirkan kondusivitas pemuda Kota Cimahi,” ujar Muhya pada awak media, Jum’at 1 Agustus 2025.
Ia menyebut bahwa dalam dinamika organisasi seperti KNPI, perbedaan pandangan dalam musyawarah kerap menimbulkan konflik. Namun, kondisi yang terjadi saat ini justru menunjukkan kedewasaan para kandidat.
“Kadang-kadang dalam musyawarah kota atau kompetisi itu suka ada efek-efek yang negatif. Nah, ini menandakan kedewasaan mereka dalam bermusyawarah. Ending-nya tidak hanya gontok-gontokan, tapi lebih kepada bagaimana membangun pertempuran secara positif,” tegasnya.
Muhya juga berharap agar para Organisasi Kepemudaan (OKP) yang berhimpun dalam KNPI dapat terus bersinergi dengan pemerintah, serta memberikan kontribusi pemikiran dan program nyata untuk pembangunan Kota Cimahi.
“Saya sangat mensupport, apapun langkah itu sudah positif dari ketiga calon. Saya mohon kepada yang punya ajab untuk segera melaksanakan Musyawarah Kota, karena intinya substansinya sudah ketemu. Mudah-mudahan ini jadi proses pembelajaran untuk KNPI ke depan, juga untuk KNPI di Jawa Barat,” tambahnya.
Sementara itu, mantan aktivis KNPI Kota Cimahi, Maktal Hoedaya, menyoroti pentingnya menjadikan musyawarah sebagai ruang mufakat, bukan arena adu kekuatan semata. Ia mengingatkan agar pemuda Cimahi tidak terjebak pada pola pikir kompetitif yang justru memecah belah.
“Intinya, musyawarah adalah kita bermufakat, membuat sebuah kebersamaan, membuat sebuah rencana program untuk kemajuan organisasi, bukan untuk si A atau si B,” tegas Maktal.
Ia mengungkapkan bahwa sejarah KNPI Cimahi tidak lepas dari dinamika perpecahan yang berulang, namun momentum kali ini menunjukkan adanya lompatan kedewasaan dari generasi muda.
“Dari zaman Mang Muhya dulu ada perpecahan, zaman Mang Jabo juga dulu ada. Tapi dengan kekuatan seperti ini saya sangat menghargai, artinya dalam setiap perlombaan, persatuan, bahkan peperangan, yang diutamakan sebetulnya adalah diplomasi,” ujarnya.
Maktal juga menyinggung soal praktik demokrasi yang sering disederhanakan hanya dalam bentuk voting, padahal menurutnya itu adalah pilihan terakhir yang seharusnya diambil.
“Dalam demokrasi, voting itu adalah langkah paling buruk, langkah terakhir. Kalau kemufakatan tidak tercapai, barulah voting,” katanya.
Lebih lanjut, Maktal mengaku bangga dengan pola pikir kandidat-kandidat muda KNPI saat ini. Meski berusia awal 20-an, mereka dinilai mampu menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
“Mereka mampu berpikir dewasa ke depan. Apa yang harus mereka dahulukan daripada kepentingan pribadi, meskipun saya tahu berat buat mereka untuk bertanggung jawab kepada OKP-OKP pendukungnya,” ucapnya.
Ia pun mengingatkan kepada para OKP agar tidak membebani para calon dengan ekspektasi berlebihan, apalagi sampai memperbesar isu yang tidak perlu.
“Calon ini bukan segalanya, mereka punya berbagai macam permasalahan—tentang kehidupan, karier, keluarga. OKP juga harus paham itu. Jangan memperbesar atau membuat seolah-olah kita ikut men-setting ini semua,” ujarnya.
Maktal menutup pernyataannya dengan harapan agar semangat positif dari para kader muda ini bisa sampai kepada pemerintah dan menjadi contoh bahwa pemuda Cimahi siap berkontribusi lebih besar.
“Terus terang, kami juga sebagai senior kaget. Tapi di samping kaget, kami bangga. Mereka ternyata punya pemikiran sendiri yang lebih positif daripada kita-kita. Ini yang harus bisa tersampaikan, tidak hanya di lingkungan KNPI dan OKP, tapi juga kepada pemerintah,” pungkasnya. ***