BAROMETER JABAR – Gerakan Peduli Anak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jawa Barat menyoroti kasus pelecehan seksual yang melibatkan seorang residen anestesi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Kasus ini terjadi pada 18 Maret 2025 dan menjadi perhatian serius berbagai pihak.
Pelaku merupakan seorang residen anestesi di RSHS Bandung, meminta FH (21), keluarga pasien di IGD, untuk diambil sampel darahnya.
Namun, ia kemudian membawa korban ke lantai 7 Gedung MCHC sekitar pukul 01.00 WIB dini hari dengan alasan pemeriksaan medis, sebelum akhirnya melakukan aksi pelecehan.
Sekretaris Gerakan Peduli Anak sekaligus inisiator KPAI Jawa Barat, Herry Richardy, mengecam keras insiden ini. Ia menilai tindakan tersebut sangat keji dan mencoreng dunia kesehatan di RSHS Bandung.
“Ini merupakan perbuatan keji dan telah mencoreng dunia kesehatan. Negara atau pemerintah harus hadir dengan pengawasan lebih ketat, khususnya terhadap anak dan perempuan,” kata Herry kepada Barometer Jabar, Kamis (9/4/25).
Herry menegaskan bahwa peristiwa ini harus menjadi momentum bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk segera membentuk Komisi Perlindungan Anak tingkat provinsi.
Menurutnya, keberadaan lembaga ini penting untuk memastikan perlindungan yang lebih sistematis terhadap anak dan perempuan dari berbagai bentuk kekerasan, termasuk pelecehan seksual.
“Ini bukan sekadar insiden biasa. Ini adalah panggilan untuk membentuk KPAI Jawa Barat guna memastikan hak-hak anak dan perempuan benar-benar terlindungi,” tegasnya.
Selain itu, Herry juga mendorong agar Pemda lebih aktif dalam menangani dan menyoroti kasus-kasus pelecehan seksual, yang menurutnya semakin marak terjadi di Jawa Barat.
“Banyaknya kasus pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah untuk bertindak lebih serius. Pembentukan KPAI di tingkat provinsi adalah langkah strategis yang tidak bisa ditunda lagi,” ujarnya.
Ke depan, lanjut Herry, pihaknya bersama Gerakan Peduli Anak Jawa Barat akan terus mengawal kasus ini agar proses hukum berjalan dengan transparan dan adil bagi korban.
“Kami akan terus melakukan pengawasan dan memastikan perlindungan terhadap anak dan perempuan agar kasus seperti ini tidak terulang lagi,” tandasnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan menyayangkan kejadian ini dan berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi seluruh rumah sakit agar lebih ketat dalam pengawasan.
Erwan juga menegaskan pentingnya proses hukum yang adil dan transparan bagi para korban.
“Semua sudah ditangani Polda Jabar, kita hormati proses hukum yang berlaku,” ujar Erwan.