BAROMETER JABAR — Meskipun Kota Cimahi masih mengandalkan impor untuk beberapa komoditas pangan, ketersediaan beras di kota ini dipastikan aman dan cukup hingga akhir tahun 2024.
Menurut Agus Hambali, pedagang beras di Pasar Atas Cimahi, stok beras saat ini dalam kondisi memadai.
“Stok beras bulan ini, baik dari daerah maupun beras Bulog SPHP, sangat melimpah. Kami siap melayani kapan saja dan harga tetap stabil,” jelas Agus saat ditemui di pasar pada Kamis (19/9/24).
Agus merinci bahwa harga beras medium lokal saat ini sekitar Rp 13.000 per kilogram, beras premium Rp 15.000, dan beras SPHP Rp 12.500 per kilogram, dengan harga per sak mencapai Rp 62.500.
“Pasokan beras sangat lancar saat ini, saya mendapatkan pasokan dari berbagai sentra seperti Subang, Cianjur, Majalengka, serta Bandung,” tambahnya.
Namun, Agus mengingatkan bahwa faktor cuaca bisa mempengaruhi ketersediaan beras. Ia menyebutkan kekhawatirannya berdasarkan pengalaman tahun lalu ketika harga beras premium melonjak hingga Rp 18.000 dan beras medium mencapai Rp 16.000 pada akhir tahun.
“Semoga tahun ini tidak seperti tahun lalu. Biasanya harga akan naik menjelang Desember, tapi diharapkan kenaikan tidak terlalu besar,” tutup Agus.
Kepala Bidang Perdagangan Disdagkoperin Kota Cimahi, Indra Bagjana, juga menegaskan bahwa kondisi ketersediaan beras di Cimahi saat ini stabil.
“Kita perlu waspada terhadap kemungkinan fluktuasi di akhir tahun, namun saat ini semua komoditas dalam keadaan aman,” katanya.
Menurut Indra, Cimahi masih sangat bergantung pada Pasar Induk Caringin untuk sebagian besar kebutuhan komoditas.
“Cimahi masih mengandalkan Pasar Induk Caringin untuk pemenuhan mayoritas komoditas,” ujar Indra.
Untuk mengurangi ketergantungan ini, beberapa daerah telah menjalin kerja sama, terutama untuk komoditas seperti bawang dan cabai dengan wilayah Cimenyan, Kabupaten Bandung.
“Cimenyan memiliki fasilitas penyimpanan yang baik, sehingga mereka dapat menyuplai bawang hingga 10 bulan ke depan, memastikan stok selalu tersedia,” jelas Indra.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antar daerah dalam menjaga kestabilan pasokan pangan.
“Meskipun Cimahi bukan produsen utama, kolaborasi dengan daerah seperti Cimenyan melalui mekanisme Government to Government (G to G) telah membantu memastikan pasokan tetap stabil,” tambah Indra.
Secara keseluruhan, hasil monitoring Komisi IV DPR RI menunjukkan bahwa kondisi pasokan dan harga pangan di Cimahi berada dalam keadaan baik, dengan inflasi pangan yang cenderung menurun.
“Meskipun Cimahi bukan produsen utama, produksi lokal seperti cabe rawit dan bawang telah berkontribusi pada stabilitas pasokan, dan saat ini stok beras sangat melimpah,” tutup Indra.