Kabupaten Bandung – Masa kampanye Pemilu 2024 yang telah bergulir sejak 28 November 2023 menjadi ajang para calon memperkenalkan diri dan program kerja seandainya terpilih.
Bagi Caleg DPRD Kabupaten Bandung Muhamad Riman Nuh, masa kampanye seakan tak ada yang berbeda dengan kegiatan yang selalu ia lakukan dalam kehdupan kesehariannya.
Manajer IT di sebuah perusahaan terbesar di Kabupaten Bandung itu dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial.
Tak hanya aktif dalam menyelesaikan masalah seperti lingkungan dan ekonomi masyarakat, Riman kerap dimintai tolong oleh warga agar dibawa bekerja diperusahaan tempatnya berkarya.
“Dari dulu saya paling seneng momotoran sambil ngobrol dengan siapapun dan di daerah mana saja. Banyak diantaranya yang minta ikut kerja di perusahaan tempat saya kerja,” ungkapnya.
Ia mengaku tak tega saat ada permintaan seperti itu. Hingga akhirnya memutuskan membangun usaha agar bisa memberdayakan orang-orang yang meminta bantuannya.
Hingga saat ini Riman mampu memberdayakan puluhan warga untuk bekerja di perusahaan jaringan internet dan beberapa usaha yang ia bangun.
Di pemilu kali ini, Riman diminta rekan-rekan kerjanya untuk maju mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di Kabupaten Bandung.
“Saya awalnya menolak, apalagi istri juga tak mengijinkan karena takut dengan peristiwa hukum yang terjadi kepada beberapa oknum anggota dewan ya, takut saya pulang bawa uang haram katanya,” ujar Riman.
Semakin Riman menolak, semakin kencang dukungan dan dorongan dari masyarakat dan rekan kerjanya. Mereka berharap agar Riman bisa mewakili harapan mereka.
Sementara Riman sendiri mengaku cukup nyaman dengan kehidupannya yang bebas, bisa sesuka hati kapanpun ia mau berbagi dan menolong yang membutuhkan bantuannya.
“Saya takutnya kalau jadi anggota dewan malah jadi jauh dengan masyarakat. Tapi eman-teman tetap mendorong saya untuk mencalonkan, dan ibu saya juga merestui,” sambungnya.
Yang menarik adalah sikap kritis dari Riman yang tak berubah meski saat ini ia sudah ditetapkan menjadi caleg DPRD Kabupaten Bandung dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Ia termasuk yang tidak setuju dengan calon yang gemar membagikan uang dan benda-benda lainnya yang menurutnya tidak jelas.
“Ada yang bilang ke saya katanya saya harus bagikan uang misalnya Rp50 ribu per orang, nah kalau misalnya dikalikan kebutuhan suara saya sudah berapa uang yang dikeluarkan tidak jelas,” terangnya.
Dirinya mengaku lebih senang membangun sebuah usaha dan dijalankan oleh masyarakat, sehingga dapat memberikan manfaat yang panjang, tak seperti membagikan uang sesaat.
“Saat saya bersilaturahmi dengan warga, saya selalu menawarkan bangun usaha street food di halaman minimarket misalnya. Saya berikan modal dan segala keperluan usaha, mereka yang menjalankannya,” kata Riman.
Hal itu menurutnya lebih logis, sehingga banyak manfaat yang dinikmati dalam waktu jangka panjang. Tak sekedar keuntungan dari usaha, tetapi juga pembelajaran bisnis yang didapat oleh seluruh pihak.
“Usaha ini juga saya tawarkan bukan jika saya terpilih nanti, tapi sekarang saja dimulai. Supaya manfaatnya bisa segera dirasakan tanpa saya harus jadi anggota DPRD dulu,” tandasnya.
Menurutnya, apa yang ia tawarkan merupakan sebuah solusi jangka panjang dan terlepas dari soal pencalonannya, karena hal itu yang biasa ia lakukan sejak lama.
“Soal saya terpilih atau tidak itu tergantung takdir Allah, saya hanya menjalankan yang biasa saya jalankan saja, harapannya bisa memberi manfaat bagi orang banyak,” pungkasnya.
Disaat calon lain sibuk menyapkan tim dan strategi tertentu, Riman mungkin termasuk caleg antimainstream, ia lebih santai dan menjalani masa kampanye apa adanya.
Nama Riman dikenal tak hanya oleh para buruh di perusahaan tempatnya bekerja, tetapi beberapa wilayah di Kabupaten Bandung, termasuk Dapil 7 yang meliputi Pamungpeuk, Banjaran, Arjasari, Cimaung, dan Pangalengan.***(Cecep)